Laman

Selasa, 26 Juni 2012

Kehilangan... (part 1)

"Ya, contohnya gini... Saya adalah seorang pengusaha ikan lele yang paling sukses di kecamatan ini dan mampu mempekerjakan 50 orang karyawan dalam 10 tahun kedepan. Nah coba sekarang gantian, kamu yang tulis."
Namun, tangan itu hanya sanggup menulis hingga... Saya adalah seorang... Kemudian tak terlihat lagi gerakan pena biru diatas kertas putih itu.
"Ayo... ditulis aja gak usah takut. Tulis aja, saya ini siapa... jadi apa, terus bisa apa... gitu kan gampang toh?
Masih dalam posisi yang sama terdiam, kemudian pena itu diletakkannya. Dengan takut-takut ia menjawab.
"Anu... itu, saya gak tau gimana kalo harus nulis detil gitu. Saya takut... takut gak bisa jadi orang kaya yang ditulis. Lha wong saya ini gak kaya temen-temen yang lain. Ada yang udah berkali kali nampil di seminar nasional lah, ngisi mentoring tiap akhir pekan di tempat yang beda beda lah, ke luar negri ikut acara ini itu ato sekedar kuliah singkat lah. Nah saya? kegiatan di kampus juga cuma itu itu aja. Ikut organisasi satu dua doang. Kuliah? ya... mas tau sendiri lah kampus kita kaya' apa. Dan bisa bayangin orang yang ogah ogahan kaya' saya itu gimana kuliahnya.
Kembali keduanya terdiam. Suasana di kantin kampus itu memang sedikit ramai karena belum waktunya makan siang. Selain itu mahasiswa di kampus ini lebih suka datang ke kantin ketika baru saja buka, karena makanannya masih banyak yang tersedia selain itu kondisi kantin agak bersih dibanding nanti jika sudah waktu makan siang.

Guntur adalah mahasiswa teknik perminyakan, sedangkan Ilham adalah mahasiswa teknik material. Meskipun berbeda jurusan dan Ilham lebih senior angkatannya dibanding Guntur, namun karena mereka pernah berada pada organisasi yang sama di kampus tersebut, akhirnya mereka bisa kenal dekat.
"Nah itulah kelemahanmu tur... Kamu tu orangnya takutan. Takut kalo nanti begini, takut kalo begitu. Ini belum siap, itu belum bisa... Ya saya ngerti ke-perfeksionis-an mu, tapi jangan sampe malah buat kamu takut ngambil langkah. Gak masalah kan, ini cuma rencana gitu. Kalo emang berubah berarti Allah berkehendak berubah."
 "Ya tapi kan mas... kalo masih mahasiswa aja kaya gini emang 10 tahun lagi bisa jadi kaya gitu?"
 "Justru itu kan, kalo dari mahasiswa aja kita gak nentuin kita mau jadi apa kedepannya malah kamu semakin kebingungan. Udah kerja disini, gak betah... pindah ke yang lain, gak enak... pindah lagi. Atau malah yang parah, udah keterima kerja disitu terus suka ga suka ya.. jalanin aja. Yang penting saya kerja. Padahal saya yakin kamu orangnya bisa lebih dari sekedar begitu. Kamu punya visi. Cuma masih susah buat bikin breakdownnya aja kan?"
"I.. iya mas... semacem gitu. Sebenernya kepikiran sih mau gimana gimana. Tapi begitu disuruh buat lebih detil. Kok ya ngeliatnya jauh banget dan gak relevan gitu."
"Ya... Ya... Gini aja deh... kapan kapan dilanjutin lagi aja. Habis dzuhur saya ada perlu soalnya. Oh ya, satu lagi tur. Kamu kalo ada pikiran apa gitu ceritain aja, gak usah takut, gak usah malu. Mungkin ada beberapa hal yang bisa saya bantu kalo kamu cerita."
"Iya mas... dicoba dipikirin dulu deh..."
Tepat saat itu adzan dzuhur berkumandang dari mushola di dekat tempat mereka. Setelah menghabiskan makanan dan minuman yang dipesan, mereka berdua berjalan ke mushola tersebut...

(bersambung)

Senin, 18 Juni 2012

Rehat untuk Berkarya

Saya yakin tiap dari kita memahami pentingnya 'berhenti sejenak'...


          Hanya tinggal hitungan minggu, saya dan beberapa 'rekan kerja'-se UGM akan beraktivitas lain dari biasanya. Ke-indah-an lingkungan kampus, ke-ramai-an aktivitas mahasiswa, dan ke-ramah-an civitas akademika UGM harus kami relakan selama 5 minggu lamanya. Menyebar ke beberapa daerah, yang sebagian besar dari kami tidak-biasa berada disana. Menuju ke lingkungan masyarakat yang berbeda dari yang biasanya dirasakan. Keluar dari ruang idealisme mahasiswa, menuju ke hamparan realitas masyarakat. Mengabdikan diri pada masyarakat sesuai dengan poin ketiga tri dharma perguruan tinggi... kami menyebutnya... Kuliah Kerja Nyata.


          Tidak sedikit dari kami yang merasa 'belum siap', atau ragu apakah sudah siap untuk mengabdikan ilmu yang telah lebih kurang 3 tahun kami pelajari dan kami alami untuk kemudian memberikan kemanfaatan bagi masyarakat yang kami datangi. Sudah menjadi manusia yang seperti apakah kami hingga layak untuk mengabdikan diri pada masyarakat?


          Sebagian kecil dari kami tetap optimis bahwa apa yang sudah kami rencanakan disana akan 'berbekas' pada masyarakat. Bahwa pengabdian kami pada masyarakat memang seperti apa yang masyarakat butuhkan. Bahwa kami yakin kami akan menjadi rangkaian batu bata dari bangunan perubahan luar biasa yang terjadi pada masyarakat.


          Namun dari keduanya, kami tetap yakin bahwa kami butuh waktu sejenak. Waktu untuk memantapkan diri. Waktu untuk mempersiapkan segala kebutuhan. Waktu untuk... istirahat sejenak.


          Kami merasa tidak akan mudah untuk melalui 5 minggu itu dengan sebuah pengabdian yang nyata, namun kami juga tidak berputus asa karena kami yakin kehadiran kami akan berkesan positif bagi masyarakat, sekecil apapun itu. Oleh karenanya kami butuh waktu untuk mempersiapkan itu semua, mulai dari niat dalam hati hingga sikap dalam diri.
Karena kami sangat mengingini... pembenahan diri dan hati... agar mampu mengabdikan diri... dengan totalitas tertinggi...

Sabtu, 09 Juni 2012

Feedback

Untuk kesekian kalinya, tulisan ini dibuat hanya karena ada sedikit hal yang tiba tiba terfikirkan...


Setiap kita melakukan sesuatu, tak jarang kita ingin tahu seperti apa tanggapan orang lain atas apa yang kita kerjakan. Bahkan dari apa yang kita katakan/tulis sekalipun, dan hanya sedikit orang yang sama sekali tidak pernah terbersit dalam dirinya keinginan tersebut.

Feedback...atau dalam bahasa Indonesia disebut 'umpan balik'. Merupakan suatu respon akibat perkataan/perbuatan/perlakuan/tindakan yang dilakukan oleh seseorang pada sesuatu/orang lain.

Saya sempat berfikir seberapa banyak atau seberapa sering seseorang ketika ia sedang/sudah melakukan sesuatu, terlintas dalam pikirannya "bagaimana tanggapan orang lain atas apa yang saya perbuat?". Masalahnya, sering kali saya melihat hal seperti ini yang akhirnya menimbulkan keraguan/kehilangan keyakinan dari orang tersebut atas apa yang ia kerjakan. Atau malah yang lebih parah ketika ia terlalu memikirkan hal itu sebelum melakukannya akhirnya ia tidak jadi untuk melakukan hal tersebut.

Contoh saja ketika kita sedang asyik mengobrol dengan teman kita, lalu terlintas...apakah tepat saya berbicara begini?, bersikap begitu? dan lain sebagainya. Hal hal semacam ini yang menurut saya menimbulkan ke-canggung-an ketika kita berkomunikasi dengan orang lain.

Mungkin memang tidak serumit yang saya bayangkan...(terkadang saya terlalu merumitkan hal yang mungkin biasa saja)... yah, beberapa orang beranggapan, "ah apapun tanggapan orang memang beginilah saya", atau "biarlah, toh sudah berlalu", dan semacamnya, namun apakah iya kita selalu mengacuhkan/mengesampingkan apa tanggapan orang atas apa yang kita perbuat?

Ada 2 hal yang menurut saya membuat feedback ini penting menurut saya...
1. Kita jadi TAHU-APA yang orang lain rasakan atas apa yang kita perbuat. Sebatas tahu... hanya itu.
2. Kita mampu MENGOREKSI diri atas tanggapan orang lain terhadap perbuatan kita. Sebagai sarana perbaikan.

Pun saya rasa tidak selamanya kita harus selalu mengambil no. 2, karena memang dikembalikan pada diri masing-masing baginya feedback itu untuk apa, serta belum tentu selalu koreksi/perbaikan atas tanggapan itu akan berdampak lebih baik...



*dalam kebingungan dan keresahan akan perbuatan yang selama ini telah dilakukan*

Senin, 28 Mei 2012

Ore no gakuen - 俺 の 学園

Well, saya rasa siapapun terutama civitas akademika UGM yang melihat gambar diatas langsung paham. Yak Fakultas Teknik UGM... fakultas terbesar... di universitas (ter)besar... pokoknya besar lah.. hahaa...
Sepengetahuan saya ada filosofi tersendiri mengapa bentuk tugu teknik seperti itu. Kerangka kubus serta kubus2 kecil di ujung-ujungnya itu melambangkan jumlah jurusan yang ada di fakultas teknik. So FT UGM ga akan pernah nambah jurusan.. yang ada paling di jurusan itu buka program studi. Selain karena lahan yang sudah tidak tersedia untuk membangun gedung baru, ga ada tempat juga buat naro kubus baru di tugu teknik.. .masa' jadi 9...? hahaha... Terus... hmm kalo yang ini masih ga yakin, tiga kaki dibawahnya itu menggambarkan tri dharma perguruan tinggi... hm.. masih g yakin tapi... tapi semoga bener...

Next, ga jauh dari tugu ada satu satunya lapangan yang dipunya fakultas... namanya Lapangan SATUB. Kenapa namanya gitu? Karena itu dulu awalnya yang bangun bareng2 sama alumni MAPALA nya teknik... namanya SATU Bumi = Solidaritas Teknik Untuk Bumi... so, jadilah namanya begitu... Udah beberapa kali di renovasi memang, dan sekarang alhamdulillah jadi semakin bagus... Fungsinya? pokoknya karena ini satu satunya lapangan yang "resmi" jadi ya.. lapangan multi fungsi.. haha... Dari sekedar main basket, bola, bulu tangkis, panjat tebing, dan sebagainya. Eh oya, sejak tahun ini tiap hari minggu jam 6 pagi ada senam aerobik rutin dari fakultas. Dulunya senam cuma buat pengurus fakultas aja, dan tempatnya bukan disini. Cuma karena udah direnov akhirnya sekarang dipindah ke sini dan terbuka buat umum.

Nah kalo yang ini sebenernya Kantor Pusat Fakultas, tempat tinggal (?) sang dekan beserta pengurus pengurus fakultas dan lainnya. Intinya buat urusan2 sama fakultas. But karena arsitekturnya anak UGM juga, bagian bawah dari gedung dibuat jadi plaza yang terbuka. Jadi kita mahasiswa bebas berkegiatan mulai dari sekedar duduk - duduk, rapat, ngerjain tugas, ngadain acara, bahkan sampe latihan Judo juga lho... Inilah salah satu spot yang paling oke dan paling rame buat ngapa-ngapain.. kecuali buat tidur kali yak? padahal kalo lagi ada angin.. wuuh.. rasanya pengen langsung tidur. hahaha. Eh ini rahasia ya, denger denger sih yang desain gedung ini sudah mempertimbangkan bakal kuat nahan gempa loh... jadi ga usah khawatir kalo tiba2 ada gempa lagi... wallahu a'lam sih... tapi berdoa aja semoga emang bener :D

Err... ga banyak yang saya tahu, soalnya termasuk mahasiswa yang jarang ke perpus :P hehe... yang jelas baru, baru tahun ini perpustakaan selesai di renovasi. Dengan fasilitas yang lebih up-date, sekaligus ruangannya jadi lebih nyaman. Cuma ya.. masalahnya satu sih. Yang danain renov perpus itu Djarum Foundation. Anak anak BEM juga sempet bersikap, bisa bisanya ada 'company' rokok yang masuk kampus. Hm... tapi sudah ada tanggapan positif bahkan sampe universitas. tapi ya... masih kecewa aja, logo djarum foundation masih ada di depan pintu masuk perpus..


Biarpun gak terlalu jadi spot pilihan buat ngumpul ngumpul karena kalo terik jadi kepanasan, dan kalo ujan habislah sudah... tapi taman ini juga sering dipake buat kegiatan kegiatan yang butuh tempat terbuka. Asik sih sebenernya... bikin ngumpul2 gitu, di tengah, dikelilingi pepohonan.. haha... eh, biasanya juga dipake buat latihan thifan lho... saya dan beberapa temen temen fakultas biasanya latihan di malam hari, diatas jam 8 sampe jam 10.

Hmm... salah satu "pit stop" buat seluruh civitas akademika fakultas. Terhitung baru sih memang... sejak 2009 baru ada. Sebenernya sih desainnya oke, ada taneman2 gitu, terbuka juga, makannannya juga enak enak. But untuk ukuran mahasiswa, masih terhitung rada mahal, dan agak menyesal dengan desain atapnya, yang justru kalo hujan, bocor di mana mana. Dipinggir kena ujan, di tengah bocor.. lengkap sudah. :( padahal yang desain anak arsi UGM juga. Nah kantin ini memang buka dari jam 8 - jam 4. Tapi setelah itu ada pak kadi sang penjual angkringan fakultas teknik yang siap melayani mahasiswa mahasiswa yang masih kelaperan sampe malem. Dulu sih tempatnya pak kadi ga disini tapi di deket jurusan teknik sipil, dan semenjak ada penertiban PKL dari rektorat, akhirnya pak kadi g boleh jualan di kampus lagi. Cuma akhirnya dari dept. Advokasi BEM sama KMTS (HMJ teknik Sipil) sama sama meng-advokasi pak kadi supaya tetep bisa jualan di sini. Dan alhamdulillah fakultas membolehkan pak kadi berjualan tapi dibatasi jamnya.

Nah, ini... Mushola Teknologi, tempat dimana civitas akademika teknik ugm beristirahat di sela sela kesibukannya. Alhamdulillah semakin kesini semakin bagus pengelolaannya. Mulai dari kebersihan, sampai keindahan taman di sekitarnya. Nah kalo disini baru bisa deh tidur - tiduran, karena tempatnya bisa sedikit tertutup, baik yang di lantai 1 maupun lantai 2, dan tetep sejuk dengan angin + hijaunya tanaman tanaman di sekitar mustek. Selain itu acara acara dari Keluarga Muslim Teknik juga sering diadain disini. Alhamdulillah juga adzan 5 waktu masih bisa selalu berkumandang dari mustek, karena biasanya anak2 yang nginep di kampus inget sholat, eh maksudnya karena ada yang nginep jadi subuh pun ada yang sholat disini.

Akhirnya sampe juga di 'rumah aktipis mahasiswa'. Sekretariat KMFT UGM. Mulai dari BEM sampe BSO KMFT UGM tempatnya disini. Kecuali buat BSO kerohaniaan (Keluarga muslim teknik, sekrenya deket mustek). Di bagian atas ada 2 bangunan terpisah. Yang didepan sekre BEM nya, yang rada kedalem itu MPM. Nah kalo di jalan ke bawah itu ada sekre 3 BSO. LPKTA (Lembaga Penelitian dan Kajian Teknik Aplikatif) FIAGRA (Club Film Anak Grafika) [plis jangan mikir macem macem ya...], dan yang terakhir SATUB. Buat saya sih sekre BEM itu jadi tempat paling enak buat ngapa-ngapain, mulai dari sekedar ngobrol, ngerjain tugas, sampe tidur siang, bahkan sampe tidur malem juga. Biarpun udah lumayan berumur di kampus, tapi tetep bisa deket sama angkatan yang lebih muda. Ya... begitulah BEM teknik... karena kita KELUARGA... FYI ini salah satu tempat yang selalu 'On' 24 jam... err.. mungkin kecuali jam 7-9 pagi karena biasanya pada kuliah pagi, or yang pada nginep waktunya pulang sebelum kuliah siangnya :D

Ohnya, satu lagi terakhir, ini yang kadang bikin anak teknik ngedumel, yang bikin musti buru buru pulang kalo udah jam 10 malem.... Gerbang teknik (asal namain :p). Sedetik saja anda terlambat keluar, maka siap siap anda akan terjebak di kampus sampe pagi. hohoho... 
Tapi tenang aja, bapak2 SKK kampus baik kok, selalu diingetin kalo udah malem. Tapi biasa juga sih anak teknik ngelembur sampe malem, ga pulang. Tidur juga paling di sekre, entah di bem, jurusan, dimana kek, mandi juga di kampus juga (beberapa kamar mandi di sini termasuk yang 'layak' untuk mandi), bahkan bisa jadi kosan cuma buat naro barang, selebih itu hidupnya di kampus.. hahaha... (dasar anak teknik...)

Masih banyak sih sebenernya spot yang belum sempat terrekam, coba deh, kapan kapan dibikin tulisan penjelajahan di masing masing jurusan, kan ini baru nyeritain fakultas aja... hehe... 

Minggu, 27 Mei 2012

Paradoks

pa·ra·doks n pernyataan yg seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks.
Adakah kita pernah memikirkan setiap informasi yang kita terima?
Adakah kita pernah terbingung oleh perkataan orang lain?
Adakah kita pernah terlempar-lempar oleh argumentasi?


Tidak bisa dipungkiri, kita sering terperangkap dalam situasi situasi yang memaksa kita untuk menelan mentah mentah apa yang diucapkan orang lain. Ada beberapa dari kita yang berusaha untuk mengatasinya, namun kondisi yang terlalu kuat atau memaksa melemahkan kita. Sebagian kecil dari kita mampu untuk tetap berfikir jernih ditengah tekanan situasi dan kondisi, sehingga mampu mengolah informasi tersebut. Sebagian besar lagi tidak mampu, kalah.


Dari pendapat saya, akar masalah ini mulai terbangun saat kita sekolah dimana 'terlalu' percaya pada guru, atau lebih tepatnya mau tidak mau harus membenarkan apa yang dikatakan guru. Bisa dibayangkan betapa kita saat itu masih tidak tahu banyak hal, belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mengolah informasi, hanya dijejali dengan berbagai macam 'hal' yang dipaksakan untuk diyakini benar. Konsekuensi dari 'mengingkari' pernyataan 'benar' tersebut bisa dalam berbagai macam, mulai dari dimarahi, hingga 'penundaan' kenaikan tingkat. Terlalu besar resiko yang ditanggung dan terlalu memberatkan.


Hal semacam itu yang lambat laun membentuk kita menjadi manusia manusia yang hanya mau menerima, tidak mau ambil pusing dengan memikirkan benarkah itu, pantaskah itu, dan sebagainya. Ini yang membuat kita akhirnya terkalahkan oleh orang orang yang mampu memainkan kata dan kalimat, lihai dalam menyusun kata, dan akhirnya kita terjebak dalam pemikiran dangkal.


Banyak sekarang orang yang tergelincir ke pemahaman yang keliru, tidak seperti yang diharapkan sang 'pengucap', terombang ambing pemikiran dan argumennya hanya karena kurang mampu menganalisis informasi. Alhasil yang disalahkan malah sang pemberi informasi atau malah media pembawa informasi. Kekurangan kita dalam menganalisis malah dilimpahkan pada kekurangan orang dalam menyampaikan pernyataannya.


Lebih parah lagi menyalahkan orang atas analisis/hasil olahan informasi yang dia dapat, dan mencap orang tersebut sebagai "pencari-cari kesalahan" atau sebagainya. Padahal ketika dia mengatakannya dia tidak sadar bahwa sang pencari-cari kesalahan itu dirinya sendiri.


Dari sudut pandang lain, sebagian kecil orang ada yang justru merasa 'senang' dan bangga ketika mampu mengendalikan pemikiran orang lain dengan kalimat kalimat seperti itu. Entah apapun kepentingan yang mereka bawa, entah apa background yang mereka angkat, entah apa citra yang mereka dapat di publik, mereka tetap melakukannya.


Contoh kecil:
Haruskah kita mempercayai perkataan orang yang berkata "Jangan terlalu percaya dengan apa yang dikatakan orang lain"?


Sulit memang ketika kita mencoba untuk selalu mampu mengolah segala informasi yang kita dapat, namun jika tidak begitu apalah guna kita sebagai orang orang yang mendapatkan pendidikan? Apalah guna semua pengetahuan yang telah diberikan pada kita? Akan kita apakan kemampuan akal yang telah diberikan pada kita?


Nah lalu bagaimana sikap kita?

Last... sudahkah anda membaca dengan teliti dan tidak terjebak oleh apa yang saya tulis?
Menjebak... mungkin... 
Terjebak... sering...

Kamis, 10 Mei 2012

Why Agatha Christie? Why Hercule Poirot?



          Saya rasa, bagi kita yang sering membaca buku sudah tidak asing lagi dengan nama ini. Ya, Agatha Christie... atau sering dijuluki sebagai "Queen of Crime", salah seorang novelis zaman pasca perang dunia pertama yang telah menuliskan begitu banyak novel bertema kriminalitas dan pembunuhan dengan beberapa tokoh detektif yang diciptakan olehnya seperti Poirot, Miss Marple, Tommy and Tuppence, Parker Pyne... dan lainnya.
          Wanita ini telah membuat dunia takjub dengan novel novel yang ditulisnya, dengan penggambaran tiap cerita yang dibuatnya, karakter karakter yang diciptakannya, sehingga layaklah ia jika disandingkan dengan salah seorang novelis detektif ternama, Sir Arthur Ignatius Conan Doyle, pengarang Sherlock Holmes.


          Salah satu tokoh ciptaannya yang sangat menarik perhatian saya adalah Hercule Poirot. Seorang detektif asal belgia yang setelah masa perang menghabiskan waktunya di inggris untuk menjadi detektif konsultan. Ia mudah dikenali dari perawakannya yang kecil, kepalanya yang berbentuk telur, kumisnya yang tertata rapi, kebiasaan dandannya yang necis, obsesinya akan kerapian dan keteraturan. Ia akan sangat merasa terganggu jika bola mata hijaunya menemukan ketidakteraturan bahkan sekecil kecilnya. Hanya satu kekurangannya yaitu ia penderita mabuk laut yang membuatnya mengabaikan/kehilangan segala hal tentang keteraturan yang menjadi prinsipnya.
          Saya sering membandingkan antara Hercule Poirot dan Sherlock Holmes, yang boleh saya bilang keduanya merupakan 'karakter terbaik' yang diciptakan oleh masing masing. Keduanya memang sengaja diciptakan sebagai detektif terbaik yang mampu menyelesaikan kasus kasus tersulit yang bahkan tidak pernah terbayangkan akan bisa terselesaikan. Dengan kemampuan analisis masing masing yang khas, mereka bisa mengejutkan setiap mata yang membaca kisah kisah penyelesaian kasus mereka. 
          Jika boleh saya bilang, Agatha Christie dan Sir Arthur Conan Doyle saling 'bertarung' dengan kedua karakter ini. Sangat terlihat dari metode penyelesaian kasus dari masing masing karakter yang saling bertentangan. Poirot lebih menekankan pada 'penggunaan sel sel kelabu', logika dan psikologi kasus yang harus cocok dengan semua fakta yang ditemukan, sementara Holmes lebih menekankan pada penyelidikan detail seperti jejak kaki, sidik jari, forensik dan penyamaran untuk memperoleh informasi. Metode Holmes dikatakan 'kuno' oleh Poirot sebab untuk apa seorang detektif berlelah-lelah mencari/mengendus seperti anjing pencari sementara ia memiliki 'sel - sel kelabu' yang mampu digunakan untuk menyusun semua fakta yang ditemukan menjadi sebuah pemecahan masalah.
          Metode yang digunakan oleh Poirot ini yang membuat saya sangat tertarik sekaligus beberapa kali mengejutkan saya. Bagaimana tirai tirai misteri dari sebuah kejadian bisa diungkap hanya dengan kemampuan merangkai fakta dalam 'sel sel kelabu' itu dan dengan cara yang sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh siapapun. Keunikan dan kemampuan yang berbeda ini yang membuat saya sangat senang membaca tiap tiap kasus yang diselesaikan olehnya. Sering bahkan saya mencoba dengan keras berfikir, menebak kelanjutan cerita dengan metode yang serupa, namun tak jarang hasil analisis yang saya lakukan tidak tepat atau masih kurang memiliki dasar yang menguatkan. Namun itulah yang membuat saya menikmatinya.
          Entah mengapa, beberapa kali saya merasa 'bisa' menjadi seorang Hercule Poirot, menyelesaikan masalah dengan metode yang ia lakukan. Ini memang hanya obsesi pribadi yang terkesan 'aneh dan tidak biasa', namun saya yakin beberapa hal yang saya temukan disini bisa menginspirasi diri saya dan ada manfaat yang bisa saya ambil. Bagaimanapun saya akan terus berusaha untuk mengkoleksi semua novel dengan Hercule Poirot sebagai karakter detektifnya.


List cerita Hercule Poirot yang saya dapat dari http://agathachristie.com
*Sudah saya baca

Senin, 07 Mei 2012

Perjuangan Kembali ke Kota Perjuangan

"...hanya sepenggal cerita kisah sekumpulan pemuda Indonesia..."

Sore itu, Rabu... di Bumi Perkemahan Cibubur, setelah semua agenda FIM 12 berakhir.
Niatnya sih kita yang dari yogya mau langsung pulang sesuai rencana... rencananya itu begini:
1. Naik taksi (2 taksi untuk 8 orang) ke stasiun UI Depok.
2. Naik comutter ke stasiun tanah abang.
3. Naik kereta bengawan langsung menuju yogyakarta
4. Sampai di yogya pagi buta, dan melanjutkan aktivitas masing2.

Nah ternyata pas persis habis selesai itu hujan... mau ga mau harus menunggu agak mendingan supaya bisa keluar nyari taksi. Nah saat itulah ada usulan untuk bareng sama rombongan lain yang mau ke depok juga... akhirnya nunggu. Tapi jadinya lama banget, dan semakin geje akhirnya diputuskan tim yogya tetap berangkat sendiri. Persis jam setengah 6 rombongan angkat kaki dari buperta.

Dan seperti yang diduga... jakarta ramai... dan nyari kendaraan angkutan juga susah. Akhirnya setelah berusaha... dapetlah 1 taksi, yang diisi 3 orang (mb hilda, mb amri, & mita) + sayasebagai penanggungjawab #ciieeee.... dan setelah cukup lama berjalan 4 orang sisanya (hanif, sya'ban, ridwan, & reva) juga mendapat angkutan ke sana... Tujuan kami... Stasiun UI Depok.

Di tengah jalan, sempat terhenti karena mb amri ternyata gampang mabuk kendaraan... ya mau ga mau harus berhenti untuk menenangkan diri... lalu dilanjut kembali setelah agak mendingan. Sampailah kami di stasiun UI depok jam 7 malam. Harapannya sih bisa langsung naik comutter karena kereta bengawannya berangkat setengah 8 lewat 10 menit... tapi masih khawatir juga karena rombongan yang satunya belum dateng. Masa' iya kita duluan mereka ketinggalaan... dan akhirnya tak lama rombongan kembali bersatu...

Cukup lama memang nunggu comutternya... seharusnya kalo sesuai jadwal comutter itu jam 7an, tapi akhirnya entah jam berapa baru dateng. Sambil harap harap cemas, mudah2an bisa sampai pada waktunya.

Di comutter perjalanan ke stasiun tanah abang yang memakan waktu 30 menit jadi ga begitu kerasa, karena diajak ngobrol sama ibu2.. kakak adik yang kebetulan naik juga... cerita macem macem pokoknya... udah lupa kalo mau diceritain lagi. Akhirnya sampai juga di tanah abang... dan... TADAAA.... kami ketinggalan kereta.. :'(

Sempat berfikir gimana pulangnya, dengan segala opsi, kemungkinan, probabilitas, dan lain sebagainya.. akhirnya ridwan mengajukan usulan.. yang kurang lebih seperti ini:
"... Pokoknya aku masih mau pulang hari ini, aku naik comutter lagi ke senen, terus ke yogya naik progo... biarin ga ada tiket.. urusan nanti ketauan belakangan. Kalo ada yang mau ikut silahkan ini ga dipaksa, tapi kalo ada yang ikut itu tanggungjawabku..."


Setelah diskusi panjang lebar... akhirnya kami semua sepakat mengikuti ridwan, selain karena mb amri gampang mabuk kendaraan kecuali kereta, kita memang pengen tetep sama sama. Akhirnya diputuskan nunggu comutter terakhir ke stasiun senen. Dan seperti perkiraanku, comutternya juga telat.. bahkan sampai jam keberangkatan progo dari stasiun senen pun belum dateng... gagal sudah rencana kami pulang hari itu. Selamat tinggal semua agenda kami di hari kamis besok... terutama kuliah pagi dan siang saya, dan jadwal siaran mb hilda di radio...

Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di stasiun tanah abang... seadanya... sesiapnya. Sebelumnya sudah dipersiapkan dengan matang gimana kepulangannya, yang kurang lebih seperti ini.
1. Berangkat dengan kereta KutoJaya tujuan kutoarjo...
2. Naik prameks dari kutoarjo ke yogya.

Yap, setelah sedikit menyelesaikan hal hal yang harus diselesaikan... beli makan, dan mempersiapkan 'tempat' di stasiun akhirnya kami mengisi malam dengan cerita2 dan tentunya tidak ketinggalan Werewolf... hahaha.... Sya'ban, Mita, & Reva meskipun baru tahu saat itu, sudah cukup lumayan waktu permainan ke sekian... lumayan lah meng-kader master2 werewolf lain.. haha...

Pagi hari... stasiun sudah penuh antrian untuk kereta yang sama.. untungnya ada yang udah ngantri jadi yang lain bisa menyelesaikan kewajiban pagi hari. Akhirnya alhamdulillah rencana yang satu ini dimudahkan jadi kita semua dapet tiket. Setelah selesai beres beres, kami langsung naik kereta, mengambil tempat dan... lanjut main werewolf selama perjalanan di kereta.

Seharian itu, apapun yang terjadi, mau ada penjual yang nawarin dagangan, pengamen, bahkan beberapa dari kita ada yang sempet beli, tapi dihitung2... nonstop 6 jam werewolf gak berhenti. Biarpun beberapa kali ada pergantian pemain karena ngantuk dan sebagainya, tapi baru bener2 KO semua siang harinya... dan akhirnya karena 'intensif' itu yang bikin semua jadi jago.. bahkan pemain baru yang dikenalin werewolf aja baru tadi malem....hahaha

Sesampainya di stasiun kutoarjo, ridwan gak bisa ikut bareng, soalnya dia mau pulang dulu ke rumah. Setelah menyelesaikan beberapa kewajiban (daritadi ngomongnya gini mulu :P), pamitan sama ridwan, kami melanjutkan perjalanan dengan prameks ke yogyakarta... kota kelahiran, kota perjuangan, dan sudah tentu waktu 1 jam itu tidak disia-siakan untuk meningkatkan skill werewolf.. hahaha..

Alhamdulillah... sampai juga di yogya sekitar jam 4... setelah itu kami semua pulang ke 'tempat tinggal' masing masing dengan caranya masing masing... biarpun saya harus menunggu lama karena jemputannya salah stasiun (sebagian besar kami turun di stasiun tugu supaya gampang angkutannya, deket trans yogya soalnya), akhirnya bisa dirumah juga waktu maghribnya.

=============================================
Kalo boleh dibilang, ini pengalaman satu diantara seribu, bagaimana kami akhirnya 'diarahkan' dan 'diuji' oleh Yang Maha Berkehendak untuk mengalami kejadian kejadian seperti ini. Terlepas dari itu saya juga mohon maaf kepada seluruh rombongan karena ketidakcermatan saya sehingga ada pihak pihak yang dirugikan dan merasa kurang nyaman atas kejadian ini dan selama perjuangan menuju kota perjuangan ini, saya memohon maaf yang sebesar besarnya...

-Sepotong episode perjuangan