Laman

Jumat, 23 Oktober 2009

Media...... Siapa yang engkau bela...???

Menyedihkan... sungguh menyedihkan
ketika sebuah peristiwa tersamarkan kebenarannya...
ketika informasi tidak tersebar secara merata...
ketika sebuah berita tidak tersebar seutuhnya...

Kenapa... kenapa hal ini bisa terjadi. Apakah masyarakat yang terlalu MALAS untuk mencari informasi? Ataukah dari Pihak pemberi informasi yang terlalu PELIT untuk memberi tahu? Atau malah dari media sendiri yang melakukan MANIPULASI terhadap informasi informasi yang dia bawa?

MEDIA... ya, media... Media bisa dikatakan sebagai penghubung. Penghubung di sini maksudnya, dialah yang menginfokan, mentransfer, memberi tahu masyarakat akan suatu peristiwa yang terjadi. Sehingga masyarakat yang tidak bisa menyaksikan kejadian atau peristiwa secara langsung, bisa mengetahui peristiwa tersebut. Mulai dari kenapa itu terjadi, bagaimana terjadinya, hingga dampak dari kejadian tersebut.

Peran media di Indonesia tidak hanya sebatas itu. Yang diktahui oleh kebanyakan orang, di Indonesia yang menganut sistem demokrasi memiliki 4 pilar yang menjaga tetap "lurusnya" pemerintahan yang berjalan. 3 pilar merupakan 3 badan yang berada pada pemerintahan (legislatif, eksekutif, yudikatif), lalu 1 pilar lainnya berada di luar pemerintahan, yaitu MEDIA. Namun sebenarnya ada 1 pilar lagi yang berada di luar pemerintahan yang juga sebagai "penjaga", yaitu dari para AKTIVIS-MAHASISWA, karena jika kita melihat sejarah bangsa ini, pemuda pemuda Indonesia banyak berperan dalam sejarah bangsa.

Kembali lagi ke media. Media seharusnya merupakan pihak yang selalu mengawasi dan memantau segala apa yang terjadi pada bangsa ini. Mulai dari peristiwa peristiwa bencana, kriminalitas, perkembangan ekonomi, pendidikan, politik, pemerintahan dan sebagainya. Dan yang paling penting, media harus bisa mem-BLOWUP isu isu strategis, isu isu yang harus diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat yang terjadi di negara ini, baik itu isu dalam negeri maupun isu luar negeri. Misalnya tetntang korupsi di pemerintahan (untuk dalam negeri), dan pengklaiman budaya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (untuk luar negeri). Media-lah yang bertugas mencari dengan detail, hingga ke akar masalah dari suatu isu. Media-lah yang wajib untuk membuka kebenaran kebenaran dari berbagai peristiwa yang terjadi. Media-lah yang bertanggung jawab untuk "tersampaikannya" berita-berita (info-info) tersebut kepada masyarakat. Media juga berperan dalam "edukasi" dari masyarakat. Bagaimana pemikiran pemikiran masyarakat juga ditentukan dari apa dan bagaimana media dalam menyampaikan informasi informasi dan pemberitaannya akan suatu peristiwa.

Kenyataannya sekarang, masih jauh dari itu. Terkadang pemberitaan yang dilakukan oleh media terkesan terlalu menutup-nutupi. Pemberitaan yang hanya menyampaikan "sebagian kecil" dari suatu peristiwa ataupun isu, pemberitaan yang hanya mengambil pandangan dari satu sisi, dan akhirnya merugikan beberapa pihak. Contohnya saja pada pemberitaan "AKSI MAHASISWA MENYIKAPI DILANTIKNYA SBY 20 OKTOBER 2009". Diberitakan bahwa aksi tersebut adalah AKSI PENOLAKAN PELANTIKAN. Ini sama sekali tidak benar !!! Kami mahasiswa bukannya menolak pelantikan SBY, tapi kami hanya ingin agar pemerintahan yang baru ini, mau menyepakati kontrak politik yang berisikan TUJUH GUGATAN RAKYAT yang di bawa oleh BEM seluruh Indonesia dan deklarasi MAHASISWA SEBAGAI OPOSISI PERMANEN PEMERINTAH. Padahal, kami sudah memberikan "press rilis" yang jelas di dalamnya berisikan alasan dan tujuan dari aksi yang kami lakukan. Tapi kenapa tetap saja pemberitaannya tidak memuaskan bagi kami mahasiswa. Memang kami rasakan bahwa jarang sekali media berpihak kepada mahasiswa. Entah mengapa selalu saja citra mahasiswa dibuat buruk oleh pemberitaan yang dilakukannya. APA SIH YANG SEBENARNYA KALIAN INGINKAN...!!! APA KEUNTUNGAN KALIAN DARI MENCEMARKAN NAMA KAMI...!!!

Jelaslah bahwa media tidak melakukan fungsinya sebagaimana mestinya. Kebebasan pers sudah diselewengkan. Memang dengan adanya kebebasan pers, maka sudah menjadi haknya media mengenai pemberitaan yang ia keluarkan. Tapi, karena terlalu bebas, akhirnya "kepentingan internal"-lah yang menentukan apa apa saja dan bagaimana media memberitakan suatu peristiwa. Media cenderung memberitakan apa yang mereka "SUKAI", ketimbang memberitakan apa yang "SEBENARNYA" terjadi dengan berbagai macam alasan.

2 komentar:

  1. ga usah percaya media lang,
    ga usah berharap banyak sama media.

    bikin media sendiri,
    aksi besar-besaran sendiri.

    BalasHapus
  2. Weh... weh... weh...

    aku aja gak pernah ngeliat berita dari 1 sumber kug...

    minimal dari 3 sumber...^^

    BalasHapus